Sabtu, 21 Januari 2017

Asuhan Keperawatan Anak dengan Bronkhopneumonia



BAB I
PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,di Negara berkembang infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Gambaran klinis bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Gambaran klinis pada bronkopneumoni ini harus dapat dibedakan dengan gambaran klinis Bronkiolitis, Aspirasi pneumonia,Tb paru primer, sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan secara tepat.
Dalam hal ini penulis mengambil kasus kelolaan selama 3 hari dengan gangguan sistem pernapasan khususnya Bronkopneumonia pada An. N yang di ambil di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.
B.           TUJUAN
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan bronkopneumonia.
Tujuan Khusus :
1.      Mengetahui tentang definisi bronkopneumonia.
2.      Mengetahui tentang etiologi dari bronkopneumonia.
3.      Mengetahui tentang manifestasi klinis dari bronkopneumonia.
4.      Mengetahui tentang patofisiologi dan pathways dari bronkopneumonia.
5.      Mengetahui tentang penatalaksanaan dari bronkopneumonia.
6.      Mengetahui tentang pengkajian, masalah yang muncul serta intervensi dari bronkopneumonia.

BAB II
TINJAUAN TEORI

BRONKOPNEUMONIA
A.          DEFINISI
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bebercak, teratur, dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mukopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh (Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998).
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus di sekitar alveoli.
B.           ETIOLOGI
Secara umum, bronkopneumonia diakibatkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus , gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia (Sandra M. Nefritia, 2001 : 682) antara lain :
1.      Bakteri : streptococcus, staphylococcus, H. influenza, krebsiella.
2.      Virus : Legionella Pneumonia.
3.      Jamur : Aspergilllus spesies, Candia Albicans
4.      Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5.      Terjadi karena kongesti paru yang lama
C.           MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. (Barbara C. Long,1996:35)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).
D.          PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara :
1.      Pemeriksaaan Laboratorium
a)      Pemeriksaan darah
b)      Pemeriksaan sputum
c)      Analisa gas darah
d)     Kultur darah
e)      Sampel darah, sputum dan urin.
2.      Pemeriksaan Radiologi
a)      Rontgenogram Thoraks.
b)      Laringoskopi / bronkoskopi
E.           PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, haemopillus influenza atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut :
1.      Infeksi saluran pernafasan bagian bawah menyebabkan 3 hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, den edema antara kalpiler dan alveoli.
2.      Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic meningkatakibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Soeparman, 1991)
F.            PENATALAKSANAAN
1.      Bersihkan jalan nafas oksigenasi adekuat.
2.      Cairan yang cukup, bila perlu IV.
3.      Diet TKTP selama masih sesak hati-hati makanan per oral, lebih baik melalui sonde drip.
4.      Bila ada asidosis, koreksi dengan Na-bicarbonat 1 mEq/kg BB atau berdasarkan hasil analisis AGD dengan rumus = BB (kg) x 0,3 x base excess.
5.      Medikamentosa :
a.       Antibiotic
Terapi empiric, berdasar jenis kuman terbanyak, umumnya S. pneumonia dan H. influenza.
Berdasarkan kelompok usia :
< 3 bulan : penicillin + aminoglikosid (gentamisin)
>3 bulan : ampisillin + klorampenikol
Sefalosporin (jika berat/ada emfisema) secara IV sampai 48-72 jam setelah panas turun, kemudian dilanjutkan per oral 7-10 hari.
b.      Jika penyebabnya s. aureus diberikan kloksasillin, jika alergi penicillin diganti cefazolin, klindamisin atau vankomisin selama 3-4 minggu.
Dosis : ampisillin 100 mg/kg BB/hari
Klorampenikol 100 mg/kg BB/hari
Gentamisin 5 mg/kg BB/hari
Mukosilier klirens
Bila perlu, dapat diberikan B-agonis atau teofillin inhalasi atau per oral.
Fisioterapi, bila perlu untuk membersihkan salura nafas.
G.          DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobrankial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
Kriteria hasil :
a.       Mampu mengeluarkan sputum
b.      Mampu bernafas dengan normal
c.       Frekuensi pernafasan dalam rentang normal
d.      Tidak ada suara nafas abnormal
Intervensi :
a.       Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan.
b.      Monitor status oksigen pasien.
c.       Lakukan fisioterapi dada bila perlu
d.      Keluarkan secret dengan batuk atau suction
e.       Berikan bronkodilator bila perlu
2.      Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.
Kriteria hasil :
a.       Mampu mengeluarka sputum
b.      Mampu bernafas dengan normal
c.       Tidak ada sianosis dan dyspnea
d.      Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
a.       Lakukan fisioterapi dada bila perlu
b.      Keluarkan secret dengan batuk atau suction
c.       Monitor respirasi dan status O2
d.      Berikan pelembab udara
e.       Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh b.d kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang b.d toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau sputum.
Kriteria hasil :
a.       Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b.      BB ideal sesuai TB
c.       Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
a.       Kaji adanya alergi makanan
b.      Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
c.       Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
d.      BB pasien dalam batas normal
e.       Monitor adanya penurunan BB
4.      Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
Kriteria hasil :
a.       Tanda vital dala batas normal
b.      Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c.       Elastisitas turgor kulit baik
Intervensi :
a.       Timbang popok/pembalut jika diperlukan
b.      Monitor status hidrasi
c.       Pemberian cairan IV
d.      Dorongan masukan oral
e.       Monitor status nutrisi
5.      Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi O2 untuk aktivitas sehari-hari
Kriteria hasil :
a.       Tanda vital normal
b.      Energi psikomotor
c.       Level kelemahan
Intervensi :
a.       Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang hebat
b.      Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
c.       Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

BAB III
TINJAUAN KASUS

A.          PENGKAJIAN
1.      IDENTITAS PASIEN
Pengkajian dilakukan tanggal 10 Februari 2014. Pasein bernama An. N berumur 8 bulan, jenis kelamin perempuan, beragama islam, alamat purwokerto, suku/bangsa jawa/Indonesia, orangtua bernama Ny. U umur 40 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, hubungan dengan pasien yaitu sebagai ibu kandung pasien.
2.      KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengatakan An. N batuk berdahak.
3.      RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
Pasien datang dari IGD dengan keluhan demam naik turun sejak 4 bulan yang lalu, pasien mendapat infuse RL 25 tpm, loading 60 cc, ampisillin 3 x 200 mg, propiretik suppossitoria dan sanmol drip 4 x 0,6 cc. Pasien masuk ke ruang Aster pada tanggal 1 Februari 2014 mendapat terapi inj.ampisillin 3 x 200 mg, gentamisin 2 x 12,5 mg, sanmol drip 4 x 0,6 cc, dan mucos drip 3 x 0,3 cc.
4.      RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Ibu pasien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit yang sama 5 bulan yang lalu dan pernah di rawat di RS pada umur 3 bulan. Pasien mendapat vitamin dan supplement penambah nafsu makan. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi obat apapun. Ibu pasien mengatakan anaknya mendapat imunisasi hepatitis B, BCG, polio I, DPT I, polio II, DPT II, polio III. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami kecelakaan.


5.      RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak ke tiga dan tinggal bersama kakak dan kedua orangtuanya. Dari keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.
6.      RIWAYAT SOSIAL
An. N diasuh oleh kedua orangtuanya, namun ayahnya tip hari bekerja sebagai pegawai swasta. An. N merupakan anak ketiga, dan hubungan antara anggota keluarga baik. Hubungan An. N dengan teman seusianya baik.
7.      RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Prenatal :
Ibu pasien mengatakan selama hamil An. N, ibu rutin control ke bidan setiap bulan, di berikan obat sulfaferos dan vitamin C.
Intranatal :
Ketuban pecah spontan, warna jernih, bayi lahir spontan di RSMS Purwokerto.
Post Natal
Berat badan saat lahir 3630 gram, panjang badan 51 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm.
8.      POLA FUNGSIONAL GORDON
Pola fungsional yang mengalami masalah antara lain pada Pola Nutrisi dan Metabolik. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, hanya makan agar-agar, diet dari RS 1 sendok, minum 1 gelas belimbing, ASI setiap saat jika pasien minta/haus.
9.      KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
Diagnosa medis : bronkopneumonia.
10.  PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum cukup, kesadaran composmentis, tanda vital nadi = 128 x/menit, RR = 32 x/menit, Suhu = 38, 1o c. BB = 6,3 kg, TB = 61 cm. kepala mesochepal, tidak ada lesi. Rambut hitam bersih, tipis. Mata : konjungtiva an anemis, sclera an ikterik. Telinga simetris, bersih, serumen dalam batas normal. Hidung simetris, tidak ada polip. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis. Pada leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar thyroid. Pada pemeriksaan paru simetris, tidak ada lesi, tidak ada retraksi dinding dada, vokal fremitus, pengembangan dada simetris, perkusi sonor, auskultasi : terdapat adanya rochi di bagian lapang paru kanan bawah. Jantung : terlihat ictos cordis di intercosta ketiga mid clavicula kiri, palpasi jantung dari intercosta kelima midclavicula. Perkusi : batas jantung redup di intercosta ke 2-4. Suara jantung regular S1 > S2. Abdomen cembung, tidak ada luka, bising usus 7 x/menit, tidak ada nyeri tekan, bunyi timpani. Ekstremitas atas kiri terpasang infuse D5% 25 tpm, tidak terdapat udema, turgor kulit baik. Ekstremitas kanan dan ekstremitas bawah tidak terdapat udema dan turgor kulit baik. Genetalia : tidak ada kelainan di genetalia, jenis kelamin perempuan, tidak terpasang kateter.
11.  PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil rontgen 7 Februari 2014
-          Cor tak membesar
Pulmo : corakan vaskuler meningkat, tampak bercak pada paru kiri.
-          Infiltrate pada paru kiri atas
-          Penebalan hilus kanan : suspect limfadenopati
12.  PROGRAM TERAPI
-          Infuse D5% 25 tpm
-          Injeksi ampisillin 3 x 200 mg
-          Injeksi gentamicin 2 x 12,5 mg
-          Sanmol drip 4 x 0,6 cc
-          Mucos drip 3 x 0,3 cc


B.           ANALISA DATA
No
Tgl
Data Fokus
Etiologi
Problem
1
10
Feb. 2014
DS : ibu pasien mengatakan anaknya batuk grok-grok sampai saat menangis tidak ada suaranya.
DO : anak terlihat batuk, suara nafas ronchi di lapang paru kanan bawah, tidak menggunakan alat bantu nafas, saat menangis pasien hingga tidak dapat mengeluarkan suara.
Akumulasi secret
Bersihan jalan nafas tidak efektif
2
10 Feb.
2014
DS : ibu pasien mengatakan anaknya panas naik turun.
DO : suhu badan 38,1oc, turgor kuli lembab, kulit tampak kemerahan, pasien rewel saat suhu badannya naik/panas.
Proses penyakit
Hipertermi
3
10 Feb.
2014
DS : ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, nafsu makannya menurun, makan agar-agar hanya 1 sendok, minum ASI setiap saat jika pasien minta/haus.
DO : BB awal = 6,8 kg, BB sekarang = 6,5 kg, TB = 61 cm, IMT = 16, 93 kg/m3, makan hanya 1 sendok, pasien lebih banyak minum ASI.
Intake nutrisi in adekuat
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

C.           DIAGNOSA
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
2.      Hipertermi b.d proses penyakit.
3.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
D.          INTERVENSI
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas adekuat dengan kriteria hasil :
a.       Tidak didapatkan batuk.
b.      Pengeluaran sputum pada jalan nafas.
c.       Bebas dari suara nafas tambahan.
Intervensi :
a.       Monitor respirasi.
b.      Posisikan pasien untuk memksimalkan ventilasi.
c.       Anjurkan ibu untuk memberikan air minum hangat matang pada anaknya.
d.      Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
e.       Kolaborasi dengan pihak medis dalam pemberian obat batuk.
f.       Berikan bronkodilator jika diperlukan.
2.      Hipertermi b.d proses penyakit.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan suhu badan dalam rentang normal dengan kriteria hasil :
a.       Suhu badan antara 36 -37,5o c
b.      Nadi dan RR dalam rentang normal.
c.       Tidak ada perubahan warna kulit.
Intervensi :
a.       Monitor suhu sesering mungkin.
b.      Monitor warna dan suhu kulit.
c.       Monitor intake dan output.
d.      Berikan antipiretik.
e.       Kolaborasi pemberian cairan intravena.
f.       Lakukan kompres air hangat saat pasien demam.
3.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
a.       Nafsu makan meningkat.
b.      BB sesuai yang diharapkan.
c.       Intake zat gizi terpenuhi.
Intervensi :
a.       Kaji adanya alergi makanan.
b.      Berikan makanan terpilih.
c.       Anjurkan makan sedikit tapi sering.
d.      Berikan makanan kesukaan.
e.       Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi.
f.       Anjurkan keluarga untuk membantu anak makan.


E.           IMPLEMENTASI
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
Tanggal 10 Februari 2014 pukul 08.00-09.45
a.       Mengobservasi ku pasien.
Evaluasi respon : ibu pasien mengatakan anaknya batuk grok-grok, ibu pasien mengatakan anaknya rewel, anak terlihat batuk.
b.      Melakukan auskultasi suara nafas.
Evaluasi respon : suara nafas ronchi basah
c.       Memberikan injeksi ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg.
Evaluasi respon : ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg masuk secara IV.
d.      Mengantar pasien untuk fisioterapi dada.
Evaluasi respon : ibu pasien mengatakan anaknya dapat tidur setelah di fisioterapi dada, pasien menangis saat di fisioterapi dada.
e.       Melakukan auskultasi suara nafas.
Evaluasi respon : suara nafas ronchi basah.
Tanggal 11 Februari 2014 pukul 08.00-09.00
a.       Mengobservasi ku pasien
Evaluasi respon : ibu pasien mengatakan anaknya masih batuk grok-grok.
b.      Melakukan auskultasi suara nafas
Evaluasi respon : suara nafas ronchi
c.       Memberikan injeksi ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg
Evaluasi respon : ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg masuk secara IV.
d.      Mengantar pasien untuk fisioterapi dada.
Evaluasi respon : ibu pasien mengatakan lender keluar pada feces anak, secret keluar lewat feces.
e.       Melakukan auskultasi suara nafas.
Evaluasi respon : suara nafas ronchi.
Tanggal 12 Februari 2014 pukul 08.00-09.00
a.       Mengobservasi ku pasien.
Evaluasi respon : ibu pasien batuk pada anaknya berkurang, batuk berkurang, terdengar suara tangis pasien saat pasien menangis.
b.      Melakukan auskultasi pasien.
Evaluasi respon : suara nafas ronchi.
c.       Melakukan fisioterapi dada.
Evaluasi respon : ibu dan anak kooperatif, anak menangis saat di lakukan fisioterapi dada.
d.      Melakukan auskultasi suara nafas.
Evaluasi respon : suara nafas ronchi.
2.      Hipertermi b.d proses penyakit.
Tanggal 10 Februari 2014 pukul 10.00-10.30
a.       Mengukur suhu tubuh.
Evaluasi respon : ibu mengatakan anaknya panas, suhu tubuh = 37,8oc.
b.      Memberikan paracetamol 0,6 cc.
Evaluasi respon : paracetamol 0,6 cc masuk per oral.
c.       Mengukur suhu tubuh pasien.
Evaluasi respon : suhu tubuh = 36,4oc
Tanggal 11 Februari 2014 pukul 09.15-11.00
a.       Mengukur suhu tubuh pasien.
Evaluasi respon : 38, 1o c
b.      Memberikan paracetamol syrup.
Evaluasi respon : paracetamol masuk 0,6 cc per oral.
c.       Mengukur suhu tubuh pasien.
Evaluasi respon : 36, 4oc
Tanggal 12 Februari 2014 pukul 09.15 – 11.30
a.       Mengukur suhu tubuh
Evaluasi respon : suhu tubuh = 38,2oc
b.      Memberikan paracetamol 0,6 cc dan menganjurkan untuk mengompres anak.
Evaluasi respon : paracetamol 0,6 cc masuk per oral.
c.       Mengukur suhu tubuh pasien dan berkolaborasi dengan pihak medis pemberian cairan IV.
Evaluasi respon : infuse D5% 25 tpm, suhu tubuh 36,3oc.
3.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
Tanggal 10 Februari 2014 pukul 11.00 – 12.00
a.       Menanyakan pada ibu pasien apakah pasien mau makan atau tidak.
Evaluasi respon : ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, makan agar-agar 1 sendok.
b.      Memonitor intake makanan dan cairan
Evaluasi respon : anak hanya mau minum ASI.
Tanggal 11 Februari 2014 pukul
a.       Memonitor intake makanan dan cairan.
Evaluasi respon : ibu pasien mengatakan anaknya masih tidak mau makan, anak hanya minum ASI.
b.      Mengkaji alergi makanan.
Evaluasi respon : ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi.
c.       Anjurkan untuk memberikan makanan yang sedikit tapi sering.
Evaluasi respon : pasien mengatakan tentang anjuran yang diberikan.
Tanggal 12 Februari 2014 pukul 12.00-13.00
a.       Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
Evaluasi respon : ibu pasien mengerti tentang kebutuhan nutrisi untuk anaknya.
b.      Menganjurkan kepada keluarga untuk membantu anak makan.
Evaluasi respon : ibu pasien kooperatif.


F.            EVALUASI
Tanggal 10 Februari 2014
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
S : ibu pasien mengatakan anaknya masih batuk grok-grok, ibu pasien mengatakan anaknya dapat tidur dengan nyenyak setelah dilakukan fisioterapi dada.
O : anak terlihat batuk, suara nafas ronchi, injeksi ampisillin 200 mg dan gentamisin 100 mg masuk melalui IV, RR = 34 x/menit.
A : masalah bersihan jalan nafas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
1.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan.
2.      Lakukan fisioterapi dada.
3.      Kolaborasi pemberian obat batuk.
2.      Hipertermi b.d proses penyakit.
S : ibu pasien mengatakan anaknya panas, panas naik saat malam hari.
O : anak mau minum paracetamol 0,6 cc.
A : masalah hipertermi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
1.      Monitor suhu.
2.      Monitor intake dan output.
3.      Kolaborasi pemberian cairan intravena.
3.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
S : ibu pasien mengatakan anaknya nafsu makannya turun, anak tidak mau makan, ibu pasien anaknya hanya makan agar-agar 1 sendok, minum ASI setiap pasien minta.
O : pasien hanya makan agar-agar 1 sendok, minum ASI setiap pasien minta.
A : masalah nutrisi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
1.      Kaji adanya alergi makanan.
2.      Monitor intke dan output makanan dan cairan.
3.      Berikan makanan terpilih.
Tanggal 11 Februari 2014
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
S : ibu pasien mengatakan anaknya masih batuk berdahak, ibu pasien mengatakan lendir keluar pada feces anak.
O : terlihat anak masih batuk, anak terlihat rewel dan menangis, suara nafas ronchi, injeksi ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg masuk secara IV, RR = 32 x/menit.
A : masalah bersihan jalan nafas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
1.      Auskultasi suara nafas.
2.      Lakukan fisioterapi dada
3.      Pemberian obat batuk.
2.      Hipertermi b.d proses penyakit
S : ibu pasien mengatakan panas pada anaknya sudah berkurang, panas naik turun saat malam hari.
O : suhu tubuh pukul 09.00 = 38,1oc, pemberian paracetamol 0,6 cc, suhu turun, pukul 11.00 = 36,4oc.
A : masalah hipertermi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
1.      Monitor suhu sesering mungkin.
2.      Anjurkan untuk mengompres anak saat panas.
3.      Beri obat penurun panas (paracetamol).
3.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi in adekuat.
S : ibu pasien mengatakan anaknya masih tidak mau makan, pasien hanya minum ASI, pasien tidak memiliki riwayat alergi.
O : anak terlihat sedang minum ASI.
A : masalah nutrisi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
1.      Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
2.      Anjurkan kepada keluarga untuk membantu anak makan.
3.      Monitor intake makanan dan cairan.
Tanggal 12 Februari 2014
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
S : ibu pasien mengatakan batuk pada anaknya berkurang.
O : anak batuk grok-grok saat di lakukan fisioterapi dada, anak menangis.
A : masalah bersihan jalan nafas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
1.      Berikan brokodilator jika diperlukan.
2.      Lakukan fisioterapi dada.
3.      Auskultasi suara nafas.
2.      Hipertermi b.d proses penyakit.
S : ibu pasien mengatakan panas anaknya masih naik turun.
O : suhu tubuh pukul 09.00 = 38,2oc, suhu tubuh pukul 12.00 = 36,3oc, pemberian paracetamol 0,6 cc, infuse RL 25 tpm.
A : masalah hipertermi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
1.      Monitor suhu anak.
2.      Anjurkan ibu untuk mengompres anak saat demam.
3.      Kolaborasi pemberian paracetamol.
3.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
S : ibu pasien mengatakan anaknya hanya mau minum ASI.
O : pasien minum ASI, ibu mengerti tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anaknya, serta dapat menyebutkan manfaat pemenuhan kebutuhan nutrisi.
A : masalah nutrisi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
1.      Monitor intake makanan dan cairan.
2.      Anjurkan untuk memberikan makanan sedikit tapi sering.
3.      Anjurkan untuk membantu anak makan.




BAB IV
PEMBAHASAN

A.          Pengkajian
Dalam bab ini penulis akan membahasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendokumentasian, kesenjangan dan masalah-masalah yang perlu dibahas kemudian dihubungkan dengan teori yang ada melalui pendekatan proses keperawatan.
Dalam pengkajian klien tidak mengalami gangguan pertukaran gas, resiko ketidakseimbangan elektrolit dan intoleransi aktivitas seperti yang dijelaskan dalam laporan pendahuluan.
B.           Diagnose Keperawatan
1.      Diagnose yang muncul di kasus antara lain :
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
Didalam pengkajian penulis mendapatkan data-data yang cukup relevan untuk menegakkan diagnosa tersebut seperti ibu pasien mengeluh anaknya batuk, batuk bertambah saat malam hari, pasien terlihat sulit mengeluarkan suara terutama saat menangis, pasien terlihat batuk. RR = 32  x/menit, adanya suara paru ronchi. Alasan kenapa penulis menempatkan bersihan jalan nafas pada diagnosa pertama karena keluhan batuk yang klien rasakan memerlukan bantuan penulis untuk mengatasinya.
Intervensi :
1.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.      Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3.      Keluarkan secret dengan batuk atau suction.
4.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan.
5.      Berikan bronkodilator jika perlu.
6.      Monitor respirasi
b.      Hipertermi b.d proses penyakit.
Disamping bersihan jalan nafas, penulis juga mengangkat diagnosa kedua yaitu hipertermi b.d proses penyakit dikarenakan penulis mendapatkan data-data yang menunjang yang bisa memicu munculnya tanda-tanda hipertermi b.d proses penyakit yaitu ibu pasien mengeluh panas pada anaknya, panas naik turun saat malam hari, suhu tubuh = 38,1oc
Intervensi :
1.      Monitor suhu sesering mungkin.
2.      Monitor warna dan suhu kulit.
3.      Monitor intake dan output.
4.      Berikan antipiretik.
5.      Kolaborasi pemberian cairan intravena.
6.      Lakukan kompres air hangat saat pasien demam.
c.       Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
Disamping bersihan jalan nafas, penulis juga mengangkat diagnosa ketiga yaitu resiko nutrisi kurang dari kebutuha tubuh, dikarenakan penulis mendapatkan data-data yang menunjang, antara lain ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, nafsu makannya menurun, makan agar-agar hanya 1 sendok, minum ASI setiap saat jika pasien minta/haus, BB awal = 6,8 kg, BB sekarang = 6,5 kg, TB = 61 cm, IMT = 16, 93 kg/m3, makan hanya 1 sendok, pasien lebih banyak minum ASI.
Intervensi :
Intervensi :
1.      Kaji adanya alergi makanan.
2.      Berikan makanan terpilih.
3.      Anjurkan makan sedikit tapi sering.
4.      Berikan makanan kesukaan.
5.      Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi.
6.      Anjurkan keluarga untuk membantu anak makan.
2.      Diagnose yang muncul di teori tetapi tidak muncul di kasus antara lain :
a.       Gangguan pertukaran gas.
Diagnosa tersebut tidak penulis munculkan dikarenakan dalam pengkajian penulis tidak didapatkan data-data yang bisa memunculkan diagnosa tersebut. Klien tidak mendapatkan pemeriksaan AGD.
b.      Intoleransi aktivitas
Diagnose tersebut tidak penulis munculkan karena pasien masih berumur 8 bulan dan masih dibantu oleh orangtua untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti pemenuhan kebutuhan ADL’s.

BAB V
PENUTUP

A.    Kekuatan dan Kelemahan selama Pengelolaan Kasus
1        Kekuatan
a.       Dalam pengkajian yang dilakukan oleh penulis kepada pasien, pasien sangat bisa diajak kerjasama oleh penulis.
b.      Pada saat pengkajiaan pasien sangat kooperatif.
c.       Dalam penulisan Asuhan Keperawatan ini CI Ruang Flamboyan sangat  membantu dalam hal pengoreksian Askep sehingga penulis bisa langsung merevisi Askepnya.
2.      Kelemahan
a.       Pada saat penulisan Proses Asuhan Keperawatan penulis kesulitan dalam manajemen waktu.
b.      Selain itu penulis hanya bisa bertemu CI Ruang Flamboyan pada shift pagi saja.
B.     Saran
Untuk tercapainya keperawatan yang baik maka perlu dilakukan :
1.      Pendekatan dengan pasien sehingga terjalin kerjasama yang baik dalam melakukan tindakan keperawatan.
2.      Berikan informasi tentang penyakit yang dialami pasien.


DAFTAR PUSTAKA
W. Herdin Subuea dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Rineka Cipta
Manssoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aeseulapius
Smeltzer, Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC



Tidak ada komentar:

Posting Komentar