BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis
yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering
menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu
dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga
sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang
dewasa. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,di Negara berkembang
infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian
tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
pneumonia dan influenza. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001,
penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab
kematian di Indonesia.
Gambaran klinis bronkopneumonia biasanya didahului
oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Batuk biasanya
tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Gambaran klinis pada bronkopneumoni ini harus dapat dibedakan dengan gambaran
klinis Bronkiolitis, Aspirasi pneumonia,Tb paru primer, sehingga
penatalaksanaan dapat dilakukan secara tepat.
Dalam
hal ini penulis mengambil kasus kelolaan selama 3 hari dengan
gangguan sistem pernapasan khususnya Bronkopneumonia pada An. N yang di ambil di Ruang
Anak Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
Margono Soekardjo Purwokerto.
B.
TUJUAN
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan bronkopneumonia.
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui
tentang definisi bronkopneumonia.
2. Mengetahui
tentang etiologi dari bronkopneumonia.
3. Mengetahui
tentang manifestasi klinis dari bronkopneumonia.
4. Mengetahui
tentang patofisiologi dan pathways dari bronkopneumonia.
5. Mengetahui
tentang penatalaksanaan dari bronkopneumonia.
6. Mengetahui
tentang pengkajian, masalah yang muncul serta intervensi dari bronkopneumonia.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
BRONKOPNEUMONIA
A.
DEFINISI
Bronkopneumonia
adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bebercak,
teratur, dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas
ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002 :
572).
Bronkopneumonia
adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal.
Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mukopurulen yang membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering
bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas demam, infeksi
yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh (Sudigdiodi dan
Imam Supardi, 1998).
Kesimpulannya
bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius
dan terdapat di daerah bronkus di sekitar alveoli.
B.
ETIOLOGI
Secara
umum, bronkopneumonia diakibatkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glottis dan
batuk, adanya lapisan mucus , gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya
bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia (Sandra M. Nefritia, 2001 : 682) antara lain :
1. Bakteri
: streptococcus, staphylococcus, H. influenza, krebsiella.
2. Virus
: Legionella Pneumonia.
3. Jamur
: Aspergilllus spesies, Candia Albicans
4. Aspirasi
makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi
karena kongesti paru yang lama
C.
MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia
biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama
beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan
gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk
produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa
timbul sianosis. (Barbara C. Long,1996:35)
Terdengar
adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat).
D.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat
menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaaan
Laboratorium
a) Pemeriksaan
darah
b) Pemeriksaan
sputum
c) Analisa
gas darah
d) Kultur
darah
e) Sampel
darah, sputum dan urin.
2. Pemeriksaan
Radiologi
a) Rontgenogram
Thoraks.
b) Laringoskopi
/ bronkoskopi
E.
PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia
selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus, haemopillus influenza atau karena aspirasi makanan dan
minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke
saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di
tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran
pernafasan dengan gambaran sebagai berikut :
1. Infeksi
saluran pernafasan bagian bawah menyebabkan 3 hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, den edema antara kalpiler dan alveoli.
2. Ekspansi
kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus,
peristaltic meningkatakibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah
diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(Soeparman, 1991)
F.
PENATALAKSANAAN
1. Bersihkan
jalan nafas oksigenasi adekuat.
2. Cairan
yang cukup, bila perlu IV.
3. Diet
TKTP selama masih sesak hati-hati makanan per oral, lebih baik melalui sonde
drip.
4. Bila
ada asidosis, koreksi dengan Na-bicarbonat 1 mEq/kg BB atau berdasarkan hasil
analisis AGD dengan rumus = BB (kg) x 0,3 x base excess.
5. Medikamentosa
:
a. Antibiotic
Terapi empiric,
berdasar jenis kuman terbanyak, umumnya S. pneumonia dan H. influenza.
Berdasarkan
kelompok usia :
< 3 bulan :
penicillin + aminoglikosid (gentamisin)
>3 bulan :
ampisillin + klorampenikol
Sefalosporin
(jika berat/ada emfisema) secara IV sampai 48-72 jam setelah panas turun,
kemudian dilanjutkan per oral 7-10 hari.
b. Jika
penyebabnya s. aureus diberikan kloksasillin, jika alergi penicillin diganti
cefazolin, klindamisin atau vankomisin selama 3-4 minggu.
Dosis :
ampisillin 100 mg/kg BB/hari
Klorampenikol
100 mg/kg BB/hari
Gentamisin
5 mg/kg BB/hari
Mukosilier
klirens
Bila perlu,
dapat diberikan B-agonis atau teofillin inhalasi atau per oral.
Fisioterapi,
bila perlu untuk membersihkan salura nafas.
G.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobrankial, pembentukan edema,
peningkatan produksi sputum.
Kriteria hasil :
a. Mampu
mengeluarkan sputum
b. Mampu
bernafas dengan normal
c. Frekuensi
pernafasan dalam rentang normal
d. Tidak
ada suara nafas abnormal
Intervensi :
a. Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan.
b. Monitor
status oksigen pasien.
c. Lakukan
fisioterapi dada bila perlu
d. Keluarkan
secret dengan batuk atau suction
e. Berikan
bronkodilator bila perlu
2. Gangguan
pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.
Kriteria hasil :
a. Mampu
mengeluarka sputum
b. Mampu
bernafas dengan normal
c. Tidak
ada sianosis dan dyspnea
d. Tanda
vital dalam rentang normal
Intervensi :
a. Lakukan
fisioterapi dada bila perlu
b. Keluarkan
secret dengan batuk atau suction
c. Monitor
respirasi dan status O2
d. Berikan
pelembab udara
e. Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebuthan tubuh b.d kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi, anoreksia yang b.d toksin bakteri bau dan rasa
sputum, distensi abdomen atau sputum.
Kriteria hasil :
a. Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b. BB
ideal sesuai TB
c. Tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
a. Kaji
adanya alergi makanan
b. Kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
c. Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
d. BB
pasien dalam batas normal
e. Monitor
adanya penurunan BB
4. Resiko
ketidakseimbangan elektrolit b.d kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan
oral.
Kriteria hasil :
a. Tanda
vital dala batas normal
b. Tidak
ada tanda-tanda dehidrasi
c. Elastisitas
turgor kulit baik
Intervensi :
a. Timbang
popok/pembalut jika diperlukan
b. Monitor
status hidrasi
c. Pemberian
cairan IV
d. Dorongan
masukan oral
e. Monitor
status nutrisi
5. Intoleransi
aktivitas b.d insufisiensi O2 untuk aktivitas sehari-hari
Kriteria hasil :
a. Tanda
vital normal
b. Energi
psikomotor
c. Level
kelemahan
Intervensi :
a. Kolaborasi
dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang hebat
b. Monitor
respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
c. Bantu
pasien / keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A.
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
PASIEN
Pengkajian
dilakukan tanggal 10 Februari 2014. Pasein bernama An. N berumur 8 bulan, jenis
kelamin perempuan, beragama islam, alamat purwokerto, suku/bangsa
jawa/Indonesia, orangtua bernama Ny. U umur 40 tahun, pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, hubungan dengan pasien yaitu sebagai ibu
kandung pasien.
2. KELUHAN
UTAMA
Ibu pasien
mengatakan An. N batuk berdahak.
3. RIWAYAT
KELUHAN SAAT INI
Pasien datang
dari IGD dengan keluhan demam naik turun sejak 4 bulan yang lalu, pasien
mendapat infuse RL 25 tpm, loading 60 cc, ampisillin 3 x 200 mg, propiretik
suppossitoria dan sanmol drip 4 x 0,6 cc. Pasien masuk ke ruang Aster pada
tanggal 1 Februari 2014 mendapat terapi inj.ampisillin 3 x 200 mg, gentamisin 2
x 12,5 mg, sanmol drip 4 x 0,6 cc, dan mucos drip 3 x 0,3 cc.
4. RIWAYAT
KESEHATAN MASA LALU
Ibu pasien mengatakan
pasien pernah mengalami penyakit yang sama 5 bulan yang lalu dan pernah di
rawat di RS pada umur 3 bulan. Pasien mendapat vitamin dan supplement penambah
nafsu makan. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi obat
apapun. Ibu pasien mengatakan anaknya mendapat imunisasi hepatitis B, BCG,
polio I, DPT I, polio II, DPT II, polio III. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak
pernah mengalami kecelakaan.
5. RIWAYAT
KELUARGA
Pasien adalah
anak ke tiga dan tinggal bersama kakak dan kedua orangtuanya. Dari keluarganya
tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.
6. RIWAYAT
SOSIAL
An. N diasuh
oleh kedua orangtuanya, namun ayahnya tip hari bekerja sebagai pegawai swasta.
An. N merupakan anak ketiga, dan hubungan antara anggota keluarga baik.
Hubungan An. N dengan teman seusianya baik.
7. RIWAYAT
KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Prenatal :
Ibu pasien
mengatakan selama hamil An. N, ibu rutin control ke bidan setiap bulan, di
berikan obat sulfaferos dan vitamin C.
Intranatal :
Ketuban pecah
spontan, warna jernih, bayi lahir spontan di RSMS Purwokerto.
Post Natal
Berat badan saat
lahir 3630 gram, panjang badan 51 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm.
8. POLA
FUNGSIONAL GORDON
Pola fungsional
yang mengalami masalah antara lain pada Pola Nutrisi dan Metabolik. Ibu pasien
mengatakan anaknya tidak mau makan, hanya makan agar-agar, diet dari RS 1
sendok, minum 1 gelas belimbing, ASI setiap saat jika pasien minta/haus.
9. KEADAAN
KESEHATAN SAAT INI
Diagnosa medis :
bronkopneumonia.
10. PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan umum
cukup, kesadaran composmentis, tanda vital nadi = 128 x/menit, RR = 32 x/menit,
Suhu = 38, 1o c. BB = 6,3 kg, TB = 61 cm. kepala mesochepal, tidak
ada lesi. Rambut hitam bersih, tipis. Mata : konjungtiva an anemis, sclera an
ikterik. Telinga simetris, bersih, serumen dalam batas normal. Hidung simetris,
tidak ada polip. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis. Pada leher
tidak ditemukan pembesaran kelenjar thyroid. Pada pemeriksaan paru simetris,
tidak ada lesi, tidak ada retraksi dinding dada, vokal fremitus, pengembangan
dada simetris, perkusi sonor, auskultasi : terdapat adanya rochi di bagian
lapang paru kanan bawah. Jantung : terlihat ictos cordis di intercosta ketiga
mid clavicula kiri, palpasi jantung dari intercosta kelima midclavicula.
Perkusi : batas jantung redup di intercosta ke 2-4. Suara jantung regular S1
> S2. Abdomen cembung, tidak ada luka, bising usus 7 x/menit, tidak ada
nyeri tekan, bunyi timpani. Ekstremitas atas kiri terpasang infuse D5% 25 tpm,
tidak terdapat udema, turgor kulit baik. Ekstremitas kanan dan ekstremitas
bawah tidak terdapat udema dan turgor kulit baik. Genetalia : tidak ada
kelainan di genetalia, jenis kelamin perempuan, tidak terpasang kateter.
11. PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Hasil rontgen 7
Februari 2014
-
Cor tak membesar
Pulmo : corakan
vaskuler meningkat, tampak bercak pada paru kiri.
-
Infiltrate pada paru
kiri atas
-
Penebalan hilus kanan :
suspect limfadenopati
12. PROGRAM
TERAPI
-
Infuse D5% 25 tpm
-
Injeksi ampisillin 3 x
200 mg
-
Injeksi gentamicin 2 x
12,5 mg
-
Sanmol drip 4 x 0,6 cc
-
Mucos drip 3 x 0,3 cc
B.
ANALISA DATA
No
|
Tgl
|
Data
Fokus
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
10
Feb.
2014
|
DS
: ibu pasien mengatakan anaknya batuk grok-grok sampai saat menangis tidak
ada suaranya.
DO
: anak terlihat batuk, suara nafas ronchi di lapang paru kanan bawah, tidak
menggunakan alat bantu nafas, saat menangis pasien hingga tidak dapat
mengeluarkan suara.
|
Akumulasi
secret
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif
|
2
|
10
Feb.
2014
|
DS
: ibu pasien mengatakan anaknya panas naik turun.
DO
: suhu badan 38,1oc, turgor kuli lembab, kulit tampak kemerahan,
pasien rewel saat suhu badannya naik/panas.
|
Proses
penyakit
|
Hipertermi
|
3
|
10
Feb.
2014
|
DS
: ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, nafsu makannya menurun,
makan agar-agar hanya 1 sendok, minum ASI setiap saat jika pasien minta/haus.
DO
: BB awal = 6,8 kg, BB sekarang = 6,5 kg, TB = 61 cm, IMT = 16, 93 kg/m3,
makan hanya 1 sendok, pasien lebih banyak minum ASI.
|
Intake
nutrisi in adekuat
|
Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
C.
DIAGNOSA
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
2. Hipertermi
b.d proses penyakit.
3. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
D.
INTERVENSI
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan bersihan jalan
nafas adekuat dengan kriteria hasil :
a. Tidak
didapatkan batuk.
b. Pengeluaran
sputum pada jalan nafas.
c. Bebas
dari suara nafas tambahan.
Intervensi :
a. Monitor
respirasi.
b. Posisikan
pasien untuk memksimalkan ventilasi.
c. Anjurkan
ibu untuk memberikan air minum hangat matang pada anaknya.
d. Lakukan
fisioterapi dada jika perlu.
e. Kolaborasi
dengan pihak medis dalam pemberian obat batuk.
f. Berikan
bronkodilator jika diperlukan.
2. Hipertermi
b.d proses penyakit.
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan suhu badan dalam
rentang normal dengan kriteria hasil :
a. Suhu
badan antara 36 -37,5o c
b. Nadi
dan RR dalam rentang normal.
c. Tidak
ada perubahan warna kulit.
Intervensi :
a. Monitor
suhu sesering mungkin.
b. Monitor
warna dan suhu kulit.
c. Monitor
intake dan output.
d. Berikan
antipiretik.
e. Kolaborasi
pemberian cairan intravena.
f. Lakukan
kompres air hangat saat pasien demam.
3. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi dapat
terpenuhi dengan kriteria hasil :
a. Nafsu
makan meningkat.
b. BB
sesuai yang diharapkan.
c. Intake
zat gizi terpenuhi.
Intervensi :
a. Kaji
adanya alergi makanan.
b. Berikan
makanan terpilih.
c. Anjurkan
makan sedikit tapi sering.
d. Berikan
makanan kesukaan.
e. Berikan
informasi mengenai kebutuhan nutrisi.
f. Anjurkan
keluarga untuk membantu anak makan.
E.
IMPLEMENTASI
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
Tanggal 10
Februari 2014 pukul 08.00-09.45
a. Mengobservasi
ku pasien.
Evaluasi respon
: ibu pasien mengatakan anaknya batuk grok-grok, ibu pasien mengatakan anaknya
rewel, anak terlihat batuk.
b. Melakukan
auskultasi suara nafas.
Evaluasi respon
: suara nafas ronchi basah
c. Memberikan
injeksi ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg.
Evaluasi respon
: ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg masuk secara IV.
d. Mengantar
pasien untuk fisioterapi dada.
Evaluasi respon
: ibu pasien mengatakan anaknya dapat tidur setelah di fisioterapi dada, pasien
menangis saat di fisioterapi dada.
e. Melakukan
auskultasi suara nafas.
Evaluasi respon
: suara nafas ronchi basah.
Tanggal 11
Februari 2014 pukul 08.00-09.00
a. Mengobservasi
ku pasien
Evaluasi respon
: ibu pasien mengatakan anaknya masih batuk grok-grok.
b. Melakukan
auskultasi suara nafas
Evaluasi respon
: suara nafas ronchi
c. Memberikan
injeksi ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg
Evaluasi respon
: ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg masuk secara IV.
d. Mengantar
pasien untuk fisioterapi dada.
Evaluasi respon
: ibu pasien mengatakan lender keluar pada feces anak, secret keluar lewat
feces.
e. Melakukan
auskultasi suara nafas.
Evaluasi respon
: suara nafas ronchi.
Tanggal 12
Februari 2014 pukul 08.00-09.00
a. Mengobservasi
ku pasien.
Evaluasi respon
: ibu pasien batuk pada anaknya berkurang, batuk berkurang, terdengar suara
tangis pasien saat pasien menangis.
b. Melakukan
auskultasi pasien.
Evaluasi respon
: suara nafas ronchi.
c. Melakukan
fisioterapi dada.
Evaluasi respon
: ibu dan anak kooperatif, anak menangis saat di lakukan fisioterapi dada.
d. Melakukan
auskultasi suara nafas.
Evaluasi respon
: suara nafas ronchi.
2. Hipertermi
b.d proses penyakit.
Tanggal 10
Februari 2014 pukul 10.00-10.30
a. Mengukur
suhu tubuh.
Evaluasi respon
: ibu mengatakan anaknya panas, suhu tubuh = 37,8oc.
b. Memberikan
paracetamol 0,6 cc.
Evaluasi respon
: paracetamol 0,6 cc masuk per oral.
c. Mengukur
suhu tubuh pasien.
Evaluasi respon
: suhu tubuh = 36,4oc
Tanggal 11
Februari 2014 pukul 09.15-11.00
a. Mengukur
suhu tubuh pasien.
Evaluasi respon
: 38, 1o c
b. Memberikan
paracetamol syrup.
Evaluasi respon
: paracetamol masuk 0,6 cc per oral.
c. Mengukur
suhu tubuh pasien.
Evaluasi respon
: 36, 4oc
Tanggal 12
Februari 2014 pukul 09.15 – 11.30
a. Mengukur
suhu tubuh
Evaluasi respon
: suhu tubuh = 38,2oc
b. Memberikan
paracetamol 0,6 cc dan menganjurkan untuk mengompres anak.
Evaluasi respon
: paracetamol 0,6 cc masuk per oral.
c. Mengukur
suhu tubuh pasien dan berkolaborasi dengan pihak medis pemberian cairan IV.
Evaluasi respon
: infuse D5% 25 tpm, suhu tubuh 36,3oc.
3. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
Tanggal 10
Februari 2014 pukul 11.00 – 12.00
a. Menanyakan
pada ibu pasien apakah pasien mau makan atau tidak.
Evaluasi respon
: ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, makan agar-agar 1 sendok.
b. Memonitor
intake makanan dan cairan
Evaluasi respon
: anak hanya mau minum ASI.
Tanggal 11
Februari 2014 pukul
a. Memonitor
intake makanan dan cairan.
Evaluasi respon
: ibu pasien mengatakan anaknya masih tidak mau makan, anak hanya minum ASI.
b. Mengkaji
alergi makanan.
Evaluasi respon
: ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi.
c. Anjurkan
untuk memberikan makanan yang sedikit tapi sering.
Evaluasi respon
: pasien mengatakan tentang anjuran yang diberikan.
Tanggal 12
Februari 2014 pukul 12.00-13.00
a. Memberikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi.
Evaluasi respon
: ibu pasien mengerti tentang kebutuhan nutrisi untuk anaknya.
b. Menganjurkan
kepada keluarga untuk membantu anak makan.
Evaluasi respon : ibu
pasien kooperatif.
F.
EVALUASI
Tanggal 10
Februari 2014
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
S : ibu pasien
mengatakan anaknya masih batuk grok-grok, ibu pasien mengatakan anaknya dapat
tidur dengan nyenyak setelah dilakukan fisioterapi dada.
O : anak
terlihat batuk, suara nafas ronchi, injeksi ampisillin 200 mg dan gentamisin
100 mg masuk melalui IV, RR = 34 x/menit.
A : masalah
bersihan jalan nafas belum teratasi.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan.
2. Lakukan
fisioterapi dada.
3. Kolaborasi
pemberian obat batuk.
2. Hipertermi
b.d proses penyakit.
S : ibu pasien
mengatakan anaknya panas, panas naik saat malam hari.
O : anak mau
minum paracetamol 0,6 cc.
A : masalah
hipertermi belum teratasi.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Monitor
suhu.
2. Monitor
intake dan output.
3. Kolaborasi
pemberian cairan intravena.
3. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
S : ibu pasien
mengatakan anaknya nafsu makannya turun, anak tidak mau makan, ibu pasien
anaknya hanya makan agar-agar 1 sendok, minum ASI setiap pasien minta.
O : pasien hanya
makan agar-agar 1 sendok, minum ASI setiap pasien minta.
A : masalah
nutrisi belum teratasi.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Kaji
adanya alergi makanan.
2. Monitor
intke dan output makanan dan cairan.
3. Berikan
makanan terpilih.
Tanggal 11 Februari 2014
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
S : ibu pasien
mengatakan anaknya masih batuk berdahak, ibu pasien mengatakan lendir keluar
pada feces anak.
O : terlihat
anak masih batuk, anak terlihat rewel dan menangis, suara nafas ronchi, injeksi
ampisillin 200 mg dan gentamicin 100 mg masuk secara IV, RR = 32 x/menit.
A : masalah
bersihan jalan nafas belum teratasi.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Auskultasi
suara nafas.
2. Lakukan
fisioterapi dada
3. Pemberian
obat batuk.
2. Hipertermi
b.d proses penyakit
S : ibu pasien
mengatakan panas pada anaknya sudah berkurang, panas naik turun saat malam
hari.
O : suhu tubuh
pukul 09.00 = 38,1oc, pemberian paracetamol 0,6 cc, suhu turun,
pukul 11.00 = 36,4oc.
A : masalah
hipertermi belum teratasi.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Monitor
suhu sesering mungkin.
2. Anjurkan
untuk mengompres anak saat panas.
3. Beri
obat penurun panas (paracetamol).
3. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi in adekuat.
S : ibu pasien
mengatakan anaknya masih tidak mau makan, pasien hanya minum ASI, pasien tidak
memiliki riwayat alergi.
O : anak
terlihat sedang minum ASI.
A : masalah
nutrisi belum teratasi.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi.
2. Anjurkan
kepada keluarga untuk membantu anak makan.
3. Monitor
intake makanan dan cairan.
Tanggal 12 Februari 2014
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
S : ibu pasien
mengatakan batuk pada anaknya berkurang.
O : anak batuk
grok-grok saat di lakukan fisioterapi dada, anak menangis.
A : masalah
bersihan jalan nafas belum teratasi.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Berikan
brokodilator jika diperlukan.
2. Lakukan
fisioterapi dada.
3. Auskultasi
suara nafas.
2. Hipertermi
b.d proses penyakit.
S : ibu pasien
mengatakan panas anaknya masih naik turun.
O : suhu tubuh
pukul 09.00 = 38,2oc, suhu tubuh pukul 12.00 = 36,3oc,
pemberian paracetamol 0,6 cc, infuse RL 25 tpm.
A : masalah
hipertermi belum teratasi.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Monitor
suhu anak.
2. Anjurkan
ibu untuk mengompres anak saat demam.
3. Kolaborasi
pemberian paracetamol.
3. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
S : ibu pasien
mengatakan anaknya hanya mau minum ASI.
O : pasien minum
ASI, ibu mengerti tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anaknya, serta dapat
menyebutkan manfaat pemenuhan kebutuhan nutrisi.
A : masalah
nutrisi belum teratasi.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Monitor
intake makanan dan cairan.
2. Anjurkan
untuk memberikan makanan sedikit tapi sering.
3. Anjurkan
untuk membantu anak makan.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A.
Pengkajian
Dalam bab ini penulis
akan membahasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendokumentasian,
kesenjangan dan masalah-masalah yang perlu dibahas kemudian dihubungkan dengan
teori yang ada melalui pendekatan proses keperawatan.
Dalam pengkajian klien
tidak mengalami gangguan pertukaran gas, resiko
ketidakseimbangan elektrolit dan intoleransi aktivitas
seperti yang dijelaskan dalam laporan pendahuluan.
B.
Diagnose Keperawatan
1. Diagnose
yang muncul di kasus antara lain :
a. Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi secret.
Didalam
pengkajian penulis mendapatkan data-data yang cukup relevan untuk menegakkan
diagnosa tersebut seperti ibu pasien mengeluh anaknya batuk, batuk bertambah
saat malam hari, pasien terlihat sulit mengeluarkan suara terutama saat
menangis, pasien terlihat batuk. RR = 32
x/menit, adanya suara paru ronchi. Alasan kenapa penulis menempatkan bersihan
jalan nafas pada diagnosa pertama karena keluhan batuk yang klien rasakan
memerlukan bantuan penulis untuk mengatasinya.
Intervensi :
1.
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2.
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
3.
Keluarkan secret dengan
batuk atau suction.
4.
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara nafas tambahan.
5.
Berikan bronkodilator
jika perlu.
6.
Monitor respirasi
b.
Hipertermi b.d proses
penyakit.
Disamping
bersihan jalan nafas, penulis juga mengangkat diagnosa kedua yaitu hipertermi
b.d proses penyakit dikarenakan penulis mendapatkan data-data yang menunjang
yang bisa memicu munculnya tanda-tanda hipertermi b.d proses penyakit yaitu ibu pasien mengeluh panas pada anaknya, panas
naik turun saat malam hari, suhu tubuh = 38,1oc
Intervensi
:
1. Monitor
suhu sesering mungkin.
2. Monitor
warna dan suhu kulit.
3. Monitor
intake dan output.
4. Berikan
antipiretik.
5. Kolaborasi
pemberian cairan intravena.
6. Lakukan
kompres air hangat saat pasien demam.
c. Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat.
Disamping
bersihan jalan nafas, penulis juga mengangkat diagnosa ketiga yaitu resiko
nutrisi kurang dari kebutuha tubuh, dikarenakan penulis mendapatkan data-data
yang menunjang, antara lain ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan,
nafsu makannya menurun, makan agar-agar hanya 1 sendok, minum ASI setiap saat
jika pasien minta/haus, BB awal = 6,8 kg, BB sekarang = 6,5 kg, TB = 61 cm, IMT
= 16, 93 kg/m3, makan hanya 1 sendok, pasien lebih banyak minum ASI.
Intervensi :
Intervensi :
1. Kaji
adanya alergi makanan.
2. Berikan
makanan terpilih.
3. Anjurkan
makan sedikit tapi sering.
4. Berikan
makanan kesukaan.
5. Berikan
informasi mengenai kebutuhan nutrisi.
6. Anjurkan
keluarga untuk membantu anak makan.
2. Diagnose
yang muncul di teori tetapi tidak muncul di kasus antara lain :
a. Gangguan pertukaran gas.
Diagnosa
tersebut tidak penulis munculkan dikarenakan dalam pengkajian penulis tidak
didapatkan data-data yang bisa memunculkan diagnosa tersebut. Klien tidak
mendapatkan pemeriksaan AGD.
b. Intoleransi
aktivitas
Diagnose tersebut tidak
penulis munculkan karena pasien masih berumur 8 bulan dan masih dibantu oleh
orangtua untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti pemenuhan kebutuhan
ADL’s.
BAB V
PENUTUP
A. Kekuatan dan Kelemahan selama Pengelolaan Kasus
1
Kekuatan
a. Dalam pengkajian yang dilakukan oleh penulis kepada
pasien, pasien sangat bisa diajak kerjasama oleh penulis.
b. Pada saat pengkajiaan pasien sangat kooperatif.
c. Dalam penulisan Asuhan Keperawatan ini CI Ruang
Flamboyan sangat membantu dalam hal pengoreksian Askep sehingga
penulis bisa langsung merevisi Askepnya.
2. Kelemahan
a. Pada saat penulisan Proses Asuhan Keperawatan penulis kesulitan
dalam manajemen waktu.
b. Selain itu penulis hanya bisa bertemu CI Ruang Flamboyan pada shift pagi saja.
B. Saran
Untuk tercapainya keperawatan yang baik maka
perlu dilakukan :
1. Pendekatan
dengan pasien sehingga terjalin kerjasama yang baik dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2. Berikan
informasi tentang penyakit yang dialami pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
W. Herdin Subuea
dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Rineka Cipta
Manssoer, Arif
dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aeseulapius
Smeltzer,
Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar